Oleh : Imam Asy-Syafi'i
Orang pandai dan beradab
tak kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah! 'kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia 'kan keruh menggenang
Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang
Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan
muh ahmad ilham
Sabtu, 08 Oktober 2016
Kamis, 06 Oktober 2016
nyanyian lagu rindu
Nyanyian lagu rindu
(muh ahmad ilham)
Alunan musik yang begitu syahdu terdengar dari sebuah radio tua yang begitu kusam masih tersimpan di atas kursi tak pernah ada yang memindakannya tak seorang pun selain ayah yang berani menyentuhnya tapi setelah ayah pergi tak ada lagi suara nyanyian indah yang terdengar dirumah ini , tak ada lagi alunan musik yang menghibur hati kala duka datang menyelimuti.
Yah .. masih terbayang jelas di ingatanku saat ayah pergi merantau dan sampai sekarang belum ada kabar tak pernah berkirim surat hanya pesan dan tanggung jawab besar yang ia sematkan di punggungku masih kuingat jelas pesannya padaku sebelum dia melangkah meninggalkan kami di berpesan.
"Nak ayah akan pergi kamu jaga ibu dan adik adikmu yah "kata ayah
"Tapi.. ayah kemana ayah akan pergi ? "
"Ayah mau membuat kalian bahagia "
Itulah kata kata terakhirnya sebelum meninggalkan kami dia pergi mencari kebahagian kami ingin sekali kukatakan bahwa makan dengan garampun aku mau ayah asalkan ayah tetap disini kami tak perlu makan dengan makanan seperti yang orang kota makan kami lebih suka membaca al quran yang setiap hari ayah ajarkan kepada kami , atau nyanyian lagu rindu pengoyak hati dikala perut sakit karna seharian belum makan kami lebih suka kau membacakan cerita nabi dan para rasul yang sering kau ceritakan setelah selesai sholat.
Dan hari ini masih kutatapi radio tua kesayangan ayah. berharap suatu saat nyanyian lagu rindu ini bisa membawa ayah pulang semoga ayah masih ingat dengan kisah nabi yang sering ayah ceritakan. Ingin sekali ku sampaikan salamku melalui sebuah nyanyian ini
ingin sekali ku memberontak , berteriak supaya dunia tahu apa yang kurasakan ini betapa beratnya tanggung jawab yang sudah bertahun tahun aku pikul yah sudah lama setelah ayah pergi tanggung jawab menjaga adik dan ibu mencari nafka bagi mereka karna sekarang ibu sudah tua dan sudah banyak penyakit yang mengrogoti tubuhnya dan adik adikku yang begitu semangatnya belajar sampai sampai tak tega untuk berbagi tanggung jawab ini kepada mereka , tak sampai hati mengatakan engkau harus putus sekolah atau menceritakan kalau ayah sekarang tak lagi bersama kita dia telah lupa kepada kita .
biarlah tanggung jawab ini àku rasakan sendiri menunggu sampai ayah pulang dan menceritakan kisah kisah nabi kepada kami, mengajarkan kami membaca alquran dan selalu menyeret kami dari tempat tidur di kala kumandang azan bergema di seluruh penjuru desa
(muh ahmad ilham)
Alunan musik yang begitu syahdu terdengar dari sebuah radio tua yang begitu kusam masih tersimpan di atas kursi tak pernah ada yang memindakannya tak seorang pun selain ayah yang berani menyentuhnya tapi setelah ayah pergi tak ada lagi suara nyanyian indah yang terdengar dirumah ini , tak ada lagi alunan musik yang menghibur hati kala duka datang menyelimuti.
Yah .. masih terbayang jelas di ingatanku saat ayah pergi merantau dan sampai sekarang belum ada kabar tak pernah berkirim surat hanya pesan dan tanggung jawab besar yang ia sematkan di punggungku masih kuingat jelas pesannya padaku sebelum dia melangkah meninggalkan kami di berpesan.
"Nak ayah akan pergi kamu jaga ibu dan adik adikmu yah "kata ayah
"Tapi.. ayah kemana ayah akan pergi ? "
"Ayah mau membuat kalian bahagia "
Itulah kata kata terakhirnya sebelum meninggalkan kami dia pergi mencari kebahagian kami ingin sekali kukatakan bahwa makan dengan garampun aku mau ayah asalkan ayah tetap disini kami tak perlu makan dengan makanan seperti yang orang kota makan kami lebih suka membaca al quran yang setiap hari ayah ajarkan kepada kami , atau nyanyian lagu rindu pengoyak hati dikala perut sakit karna seharian belum makan kami lebih suka kau membacakan cerita nabi dan para rasul yang sering kau ceritakan setelah selesai sholat.
Dan hari ini masih kutatapi radio tua kesayangan ayah. berharap suatu saat nyanyian lagu rindu ini bisa membawa ayah pulang semoga ayah masih ingat dengan kisah nabi yang sering ayah ceritakan. Ingin sekali ku sampaikan salamku melalui sebuah nyanyian ini
ingin sekali ku memberontak , berteriak supaya dunia tahu apa yang kurasakan ini betapa beratnya tanggung jawab yang sudah bertahun tahun aku pikul yah sudah lama setelah ayah pergi tanggung jawab menjaga adik dan ibu mencari nafka bagi mereka karna sekarang ibu sudah tua dan sudah banyak penyakit yang mengrogoti tubuhnya dan adik adikku yang begitu semangatnya belajar sampai sampai tak tega untuk berbagi tanggung jawab ini kepada mereka , tak sampai hati mengatakan engkau harus putus sekolah atau menceritakan kalau ayah sekarang tak lagi bersama kita dia telah lupa kepada kita .
biarlah tanggung jawab ini àku rasakan sendiri menunggu sampai ayah pulang dan menceritakan kisah kisah nabi kepada kami, mengajarkan kami membaca alquran dan selalu menyeret kami dari tempat tidur di kala kumandang azan bergema di seluruh penjuru desa
mencintaimu dengan biasa
Mencintaimu dengan biasa
diadaptasi dari dhito nur ahmad
Aku tertegun menatapmu gadis.
Menangisi seseorang lelaki yg mematahkan hatimu..
Ingin ku marah dan meneriakimu..
“Tak perlu seperti ini, jangan buang percuma air matamu”
tapi aku tak bisa menambah sakit hatimu..
Dan ku hanya terdiam mendengar semua keluh dan sakitmu..
Cinta, sebuah rasa yang tak mampu ku cerna.
Datang dan pergi tanpa kau duga..
Namun ku yakin itu tetaplah anugrah..
Karena tanpa cinta hidup adalah derita..
Aku pun tak menampik betapa indah cinta dan mencinta.
Entahlah, ku tak mampu menggambarkan dalam untaian kata, semua hanya hamparan rasa..
Namun, haruskah, Saat rasa itu menyelimuti, matamu kau butakan..?
Ketika indahnya merekah, haruskah nurani di hinakan..?
Tidak.. Jangan begitu..
Bagiku, mencintaimu cukuplah dengan biasa..
Tak ada kalimat rayu menghibah..
Tak ada harapan tinggi membumbung..
Bagiku jatuh cinta padamu cukup dengan biasa, sangat biasa..
Ku tak butuh ungkapan rasa yang mampu menumbuhkan ranjau didada..
Tak perlu kalimat pujian yang menyemai riya’ di hati..
Ku mencintai dangan caraku yang biasa..
Karena ku tahu akhirnya nanti takdir Ilahi yg terjadi..
Karena ku mencintai dengan biasa,
maka ketika ku tahu kau jauh dari sempurna, maka bagiku itu adalah wajar..
Ketika ku dapati kau dalam salah, maka ku tahu kaupun manusia biasa..
Ku mencintai dia yang biasa..
Ku tak akan pernah berharap kau seorang sempurna, karena akupun jauh dari sempurna..
Ku tak akan terpikat pada yang merasa dirinya luar biasa..
Ku hanya mencintaimu karena kau begitu biasa..
Yang ku cinta bukanlah bidadari karena akupun tak sesuci malaikat..
Mencintai dengan biasa,
maka ku tak mau ada khalwat yang menjebak..
Tak ada tatapan rindu membuncah..
Tak ada ungkapan cinta merayu..
Tak akan ada ikatan semu sehina pacaran. Apalagi yg dibumbui dgn ‘islami’..
Tak ada pertemuan sebelum ijab di lontarkan..
Agar, kiranya takdirNya tak menyatukanmu denganku..
Maka akan ku tanggapi dengan biasa, sangat biasa..
Tanpa air mata..
Tanpa rasa sesak di dada..
Tanpa benci yg menggumpal..
Mencintai dengan biasa..
Cukup disini, di dalam hati,
tak perlu ada yang tahu,
bahkan kau pun tak perlu tahu..
Mencintai dengan biasa,
dengan menitipkan cintaku padaNya Sang Pemilik cinta..
Sang pengatur segala..
Hingga saatnya nanti, jika Dia berkenan menyatukan kita dalam indahnya ikatan suci..
Maka ketika ijab telah terlontar..
Ketika hijab telah tersingkap..
Ketika cintamu telah memilihku..
Maka, aku akan mencintaimu dengan luar biasa..
diadaptasi dari dhito nur ahmad
Aku tertegun menatapmu gadis.
Menangisi seseorang lelaki yg mematahkan hatimu..
Ingin ku marah dan meneriakimu..
“Tak perlu seperti ini, jangan buang percuma air matamu”
tapi aku tak bisa menambah sakit hatimu..
Dan ku hanya terdiam mendengar semua keluh dan sakitmu..
Cinta, sebuah rasa yang tak mampu ku cerna.
Datang dan pergi tanpa kau duga..
Namun ku yakin itu tetaplah anugrah..
Karena tanpa cinta hidup adalah derita..
Aku pun tak menampik betapa indah cinta dan mencinta.
Entahlah, ku tak mampu menggambarkan dalam untaian kata, semua hanya hamparan rasa..
Namun, haruskah, Saat rasa itu menyelimuti, matamu kau butakan..?
Ketika indahnya merekah, haruskah nurani di hinakan..?
Tidak.. Jangan begitu..
Bagiku, mencintaimu cukuplah dengan biasa..
Tak ada kalimat rayu menghibah..
Tak ada harapan tinggi membumbung..
Bagiku jatuh cinta padamu cukup dengan biasa, sangat biasa..
Ku tak butuh ungkapan rasa yang mampu menumbuhkan ranjau didada..
Tak perlu kalimat pujian yang menyemai riya’ di hati..
Ku mencintai dangan caraku yang biasa..
Karena ku tahu akhirnya nanti takdir Ilahi yg terjadi..
Karena ku mencintai dengan biasa,
maka ketika ku tahu kau jauh dari sempurna, maka bagiku itu adalah wajar..
Ketika ku dapati kau dalam salah, maka ku tahu kaupun manusia biasa..
Ku mencintai dia yang biasa..
Ku tak akan pernah berharap kau seorang sempurna, karena akupun jauh dari sempurna..
Ku tak akan terpikat pada yang merasa dirinya luar biasa..
Ku hanya mencintaimu karena kau begitu biasa..
Yang ku cinta bukanlah bidadari karena akupun tak sesuci malaikat..
Mencintai dengan biasa,
maka ku tak mau ada khalwat yang menjebak..
Tak ada tatapan rindu membuncah..
Tak ada ungkapan cinta merayu..
Tak akan ada ikatan semu sehina pacaran. Apalagi yg dibumbui dgn ‘islami’..
Tak ada pertemuan sebelum ijab di lontarkan..
Agar, kiranya takdirNya tak menyatukanmu denganku..
Maka akan ku tanggapi dengan biasa, sangat biasa..
Tanpa air mata..
Tanpa rasa sesak di dada..
Tanpa benci yg menggumpal..
Mencintai dengan biasa..
Cukup disini, di dalam hati,
tak perlu ada yang tahu,
bahkan kau pun tak perlu tahu..
Mencintai dengan biasa,
dengan menitipkan cintaku padaNya Sang Pemilik cinta..
Sang pengatur segala..
Hingga saatnya nanti, jika Dia berkenan menyatukan kita dalam indahnya ikatan suci..
Maka ketika ijab telah terlontar..
Ketika hijab telah tersingkap..
Ketika cintamu telah memilihku..
Maka, aku akan mencintaimu dengan luar biasa..
Rabu, 05 Oktober 2016
perkamen rahasia dalam sebuah potret
saat nanti raga berubah , saat nanti rupa tak lagi seperti dulu hanya satu yang takkan berubah yah hanya selembar kenangan yang takkan berubah takkan mampu
Menghancurkan ingatan dan akan selalu tersimpan di palung ingatan terjauh sesekali mincul sebagai pengobat rindu membuat isak tangis dan gelak tawa melalui cermin kehidupan yah melalui cermin kehidupan yang tuhan titahkan kepada kita masih terbayang bayangan masa lalu yang begitu indah dan menjadi potret kenangan yang akan tersusun rapi dalam ingatan selalu mengundang rindu
saat nanti semuanya telah berubah hanya jiwa yang akan saling mengingat selalu merindu
Langganan:
Komentar (Atom)
